Senin, 25 Maret 2013

Menilik Budidaya Bawang Merah di Kecamatan Baktiraja (Bagian-1)



Menilik Budidaya Bawang Merah di Kecamatan Baktiraja (bagian-1)
Baktiraja Gudangnya Bawang Merah
Oleh: Andi Siregar
Wartawan Harian Andalas di Humbahas
Kecamatan Baktiraja terletak di bagian utara Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Disamping dikenal dengan objek wisata dan situs sejarah, kecamatan yang berada di kawasan danau toba itu juga dikenal dengan penghasil bawang merah terbesar untuk daerah Kabupaten Humbahas. Tak heran jika Kecamatan Baktiraja dijuluki dengan gudangnya bawang merah.
Erianto Naibaho (30), salah seorang warga Desa Simamora Kecamatan Baktiraja, baru-baru ini, kepada wartawan menuturkan, selain tanaman padi sawah, sejak 1950-an, bawang merah sudah menjadi tanaman utama di Kecamatan tersebut. Hampir 90 persen warga Kecamatan Baktiraja bertanam bawang karena saat itu tanaman bawang tumbuh subur. Setiap musim panen hamper puluhan ton bawang merah keluar dari Kecamatan Baktiraja untuk dipasarkan ke daerah Kabupaten Humbahas hingga keluar daerah Kabupaten Humbahas.
Ironisnya, Erianto menambahkan, sejak tahun 2002 yang silam, hama serangga menyerang tanaman bawang merah hingga mengakibatkan gagal panen total dan hampir melumpuhkan perekonomian warga. Kurang lebih tujuh tahun, hama serangga tersebut selalu menyerang bawang merah yang ditanam warga ditambah lagi kala itu, harga bawang merah berada di kisaran Rp 10 ribu-12 ribu/kg.
Dengan harga yang tidak sebanding untuk perawatan bawang merah, para petani yang menjadi korban serangan hama serangga itu menjadi trauma menanam bawang merah. Pasalnya pemerintah setempat, waktu itu, belum bertindak cepat memberikan solusi atas masalah yang dihadapi petani. Demikianlah petani bawang merah lebih memilih lahannya untuk ditanami padi, coklat dan yang lainnya. Jika dilihat, minat warga untuk menanam bawang merah sudah jauh berkurang. Petani yang memilih menanam bawang merah diperkirakan 15-25 persen dari warga Kecamatan Baktiraja.
Berbeda dengan Karimon Simamora (45), ditengah warga berpaling dari budidaya bawang merah, warga Desa Simamora itu, justru memilih bertahan untuk menanam bawang merah. Hingga saat ini, dia masih tetap setia bertanam bawang merah. Tak ayal, ayah lima anak itu pun dapat menikmati naiknya harga bawang merah yang mencapai harga Rp 48 ribu/kg. Karimon merupakan petani bawang merah sejak 25 tahun silam. Diatas lahan satu hekta are (ha), ia selalu menanam bawang merah disetiap masa selingan panen padi sawah (antar musim panen padi-red).
Lebih jauh, Karimon menjelaskan, tehnik penanaman bawang biasa mereka terapkan selama berpuluh tahun silam dan sampai sekarang penanaman bawang itu tetap dipertahankan sebagai komoditi andalan keluarganya.
"Saat musim gagal panen yang lalu, ekonomi kami benar-benar hancur. Tapi setelah beberapa tahun kemudian, bawang mulai tumbuh lagi dengan bagus meski tidak sebaik dulu dan saat itulah saya kembali bertanam bawang merah hingga kini," ujarnya.
Petani bawang seperti Karimon, biasanya menanam bawang seusai masa panen padi.Untuk hasil, menanam bawang pada satu rante tanah bisa menghasilkan minimal 300 Kg bawang merah. Karimon juga mengatakan bahwa untuk bibit seluas satu rante butuh bibit sebanyak tiga kaleng. Sehinga satu kaleng bibit minimal bisa menghasilkan 100 Kg bawang.
“Sebenarnya  bawang merah sudah sangat banyak menolong kehidupan masyarakat Baktiraja,
namun terkadang kita masih terkendala di masalah harga, sementara modal  bersih yang terpakai untuk satu rante bawang menghabiskan minimal Rp1,2 juta, sementara harga jual belum menentu. Kita akui, ditengah harga bawang yang melonjak tinggi saat ini, petani bawang memang meraup untung. Tapi itu tidak menjadi patokan bagi petani karena sewaktu-waktu harga tersebut pasti akan menurun dan itu harus diterima petani bawang,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan, usia tanam bawang sampai masa panen hanya 2,5 bulan, namun untuk melindungi bawang dari hama maka harus disemprot dengan menggunakan pestisida. Penyemprotan hama harus dilakukan dua kali dalam satu minggu karena jika tidak demikian hama bawang berupa ulat akan segera menyerang daun bawang. Sementara setiap daun yang telah terserang hama harus dibuang sehingga tidak menyebar kedaun lainnya. (bersambung…)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar