Minat Baca Indonesia Sangat Rendah
Dolok Sanggul-andalas
Minat baca masyarakat Indonesia saat
ini masih sangat rendah. Masyarakat Indonesia masih mayoritas memilih nonton
televisi daripada membaca. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2006, masyarakat
Indonesia lebih memilih nonton televisi 89,5 % atau mendengar radio 40,3 %
ketimbang membaca koran 23,5 %. Hal itu sungguh memprihatinkan.
Demikian dikatakan Seketaris Badan
Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Sumut Drs Chandra Silalahi MSi dalam acara
Diseminasi Minat Baca Bagi Masyarakat yang bertempat di SMKN 1 Dolok Sanggul,
Rabu (19/12). Tampil juga sebagai pembicara anak rantau Kabupaten Humbahas yang
juga mantan Bupati Dairi Drs SIS Sihotang MM. Pertemuan itu dibuka Kadis
Pendidikan Humbahas Drs Wisler Sianturi MM didampingi Drs Nelson Lumbantoruan
SS M.Hum dan dihadiri seratusan peserta mewakili beberapa kecamatan.
Candra mengatakan, jika menilik
Negara Jepang, membaca merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang membaca sangat mudah ditemui di bis-bis kota, kereta-kereta listrik dan
di tempat umum lainnya. Mereka tidak enggan untuk membawa buku setiap
beraktivitas. Di Hongkong, masyarakat antri masuk perpustakaan umum. Lain di
Indonesia, masyarakatnya antri di Mall.
Lebih lanjut Candra memaparkan,
Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Sumut telah memberikan buku kepada
masyarakat di pedesaan dengan tujuan agar ada minat baca. Tapi yang terjadi,
keiinginan minat baca sajapun belum ada. Di beberapa kabupaten/kota di Sumut,
sudah punya lembaga perpustakaan sehingga bisa dianggarkan pengadaan buku
perpustakaan termasuk mobil keliling perpustakaan. Tapi mobil perpustakaan
keliling tidak bisa dianggarkan ke Kabupaten Humbahas karena belum ada
lembaganya. Sehingga Chandra Silalahi sangat mengharapkan kepada Pemkab
bekerjasama dengan DPRD agar lembaga perpustakaan dibentuk di Kabupaten
Humbahas.
“Saudara Nelson Lumbantoruan sudah
lama saya kenal dan dia ahlinya perpustakaan dan budaya. Sehingga kedepan
dengan hadirnya Nelson di Pemkab Humbahas minat baca masyarakat bisa terwujud.
Dan peserta bisa menjadi pelopor membaca. Harus dimulai dari peserta, jangan
kita surah anak-anak belajar tapi kita sendiripun tak mau baca,” tambah
Chandra.
Candra mengakui, minimnya minat baca
di beberapa daerah Indonesia karena perpustakaan belum berfungsi optimal,
koleksi berbagai jenis perpustakaan masih terbatas. Kemudian membaca belum
menjadi kegemaran atau budaya bagi masyarakat, pemberdayaan perpustakaan belum
optimal. Belum seluruh kabupaten/kota, kecamatan dan desa termasuk
sekolah memiliki kelembagaan perpustakaan, sehingga penganggaran perpustakaan
belum menjadi prioritas.
Upaya menumbuhkan minat baca yaitu
mendorong berdirinya semua jenis perpustakaan, membina semua jenis
perpustakaan, memberi bantuan koleksi perpustakaan dan memberi bantuan
perluasan layanan perpustakaan seperti mobil perpustakaan keliling. Kunci
sukses perpustakaan di Indonesia yaitu harus ada stabilitas, kerukunan,
manajemen, kepemimpinan, mau bekerja keras dan ada kemitraan. (AND)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar