Kamis, 09 April 2015

Tomat

Harga Tomat Turun, Petani Merugi
DOLOK SANGGUL – Para petani tomat di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) dalam dua bulan terakhir mengalami kerugian akibat anjloknya harga tomat. Para petani berharap agar pemerintah memberikan solusi untuk mengatasi harga yang tidak pernah stabil tersebut.
Saat ini harga tomat di pasaran berkisar antara Rp 2000 hingga Rp 3000 per kilogram. Harga tersebut dinilai tidak sebanding dengan biaya produksi dan operasional petani selama mengelola tomat. “Jauh di bawah harga biasanya. Dengan kondisi ini jelas membuat kami para petani tomat menelan kerugian besar," ujar salah seorang petani, A Simanjutak, 45 Kamis (9/4/2015) di Dolok Sanggul.
Anjloknya harga tomat di pasaran menurut Simanjuntak sudah merupakan hal biasa dan tidak pernah memiliki solusi. Terlebih akibat pasokan melimpah dari seluruh sentra pertanian di kawasan Sumatera. "Musim tanam lalu saya mengeluarkan modal untuk menanam tomat sekitar Rp10 juta, untuk tiga ribu batang tomat. Sementara jika produksi kami berkisar satu ton per panennya dengan harga rat-rata Rp 3000 per kilogram maka per panen kami hanya menerima sekitar Rp 3 juta dengan masa produksi sekitar dua bulan,” katanya.
Para petani di Humbahas tidak memiliki alternatif lain dengan tanaman tomat mereka. Tomat menurut mereka sulit diolah menjadi manisan selain jadi saos. Petani lainnya, Henri Silaban, 32 mengaku tanaman tomatnya sempat akan diborong oleh seorang penampung. Namun setelah dinyatakan tingginya produksi dari beberapa daerah di luar Humbahas maka penawaran terhadap Tomat turun hingga Rp 2000 per kilogram dari sebelumnya Rp 5000 per kilogram.
Pengamat pertanian di Tapanuli, Lambas Hutasoit mengatakan over produksi selalu menjadi masalah yang sangat mempengaruhi kelanjutan hidup petani. Hal ini disebabkan minimnya penataan pertanian oleh pihak pemerintah. Karena itu petani yang harus lebih aktif mengakses informasi tentang pengelolaan pertanian. "Kelemahan kita selama ini terletak pada minimnya penataan pertanian. Sebab anjloknya harga bukan karena minim permintaan tetapi karena produksi yang berlebihan. Dan ini yang menjadi masalah," ujarnya.(BARINGIN/ANDI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar